Senin, 07 Juni 2010

Marketing 1.0 , Marketing 2.0, Marketing 3.0

MARKETING 1.0
Bersifat Product- Centric
yang dijual adalah kualitas teknis menurut kacamata produsen.

contoh :
"kalau anda ngotot bahwa barang anda adalah berkualitas terbaik, dibikin dari biji pilihan, tinta ter OK tahan luntur, cerita hasil refleksi 500 tahun.."
maka anda sedang bermarketing 1.0 .

MARKETING 2.0
Berisfat Costumer - Centric
yang dijual adalah kualitas menurut kacamata konsumen.

yang sering dijadikan contoh adalah keberhasilan NOKIA kan Ericcson.
NOKIA menglahkan keunggulan ke interface yang user-friendly, sementara Ericcson kecanggihan fitur. NOKIA menang, Ericcson harus 'jual diri' ke Sony.

Contoh lainnya adalah Starbuck. Kalau kita mau kopi enak di tempat yang nyaman kita bisa ke lobi Hilton, ke oh lala cafe atau ketempat lain. Namun kalau kita ke Starbuck, yang di dapat bukan cuma kopi dan tempat yang nyaman. Kita juga beli gaya hidup global yang ditawarkan starbuck : "A Place to see and to be seen."
Strabuck di tempatnya selalu demikian strategis. Dari luar keliatan "Tuh si Anu tuh lagi ngopi disitu.."
Marketing 2.0 punya banyak varian. Namun akhirnya adalah perebutan heart-share. yaitu bagaimana memperebutkan untuk masuk ke hati pelanggan, suatu petarungan untuk disukai Produk dibeli bukan cuma karena dibutuhkan, bukan karena kualitas teknisnya bagus (ini urusan mind-share) tapi karena disukai (heart-share).
Variasinya antara lain :
1. Nilai tambah pada hal di luar produk. Barang biasa namun dikemas.
contoh : Apple dengan mac, iPod, dll. atau barang-barang sehari-hari seperti pulpen dan stasioneri lain dengan desain yang lucu-lucu. Orang beli lagi bukan karena butuh, tapi karena suka.

2. Precision marketing, produk diarahkan ke niche (ceruk pasar) yang rela bayar tinggi untuk hal yang disukainya.

3. Category killer, produknya demikian beragam. Demikian komplit sehingga orang tidak perlu pergi ke tempat lain. Apa saja ada sesuai psikografi tiap orang.
Contoh : Wal-Mart, Giant, Carrefour, toko buku gramedia, mitra 10 (toko bangunan) dan termasuk juga industri komik juga yang momok bagi pelaku komik di berbagai belahan bumi.

industri kreatif juga merupakan anak kandung dari marketing 2.0 ini. karena perusahaan manufaktur ingin memberi nilai tambah pada produknya, maka mereka membutuhkan jasa desainer industri, biro iklan, rumah produksi dan media massa. Para lulusan DKV lahir ke dunia kerja atas kebutuhan dari pasar indsutri ini.

MARKETING 3.0
Bersifat Human-Centric
Dalam pemasaran ini, keutamaan yang dijual adalah isu-isu mulia seperti kemiskinan & lingkungan hidup. yang sering menjadi contoh adalah The Body Shop, Timberlake (sepatu dan pakaian), Grameen Bank & Bank Rakyat Indonesia. Boleh dong bangga karena ada perusahaan anak bangsa yang menggunakan marketing 3.0

Marketing 3.0 bukan lagi memperebutkan mind share atau pun heart share namun sudah masuk ke isu kebersamaan kita diseluruh dunia sebagai manusia (human-centric)
marketing 3.0 "is about making profit by doing good." ini perkara dapay untung dari berbuat bauk, jadi bukan dapat untung dulu baru dapat berbuat baik.

The Body Shop mendapatkan suplai bahan baku produknya dengan membina masyarakat pedalaman di berbagai belahan bumi, dan berdagang dengan mereka.
The Body Shop dan karyawannya terlibat dalam kampanye-kampanye lingkungan. Mereka juga memastikan riset-riset mereka bebas dari tes yang menggunakan binatang.
Botol-botol The Body Shop tampak biasa-biasa saja secara desain. ketika belanja anda bisa membawa botol-botol lama untuk mereka gunakan kembali.

Timberlake tidak jauh beda dengan The Body Shop, sementara Grameen Bank menghebohkan karena mereka sukses memberi modal kredit mikro kepada para penduduk miskin, mengembangkan mereka dan sukses bersama. Dan prestasi Grameen bank ini ternyata sudah puluhan tahun dikerjakan oleh BRI di Indonesia, sebuah bank yang sehat, punya basis akar rumput hingga ke desa, tahan krisis, kuat meski bersahaja.

Empat contoh di atas adalah perusahaan yang 100% marketing 3.0 (dua bergerak di progaganda isu kemanusiaan/lingkungan, dan dua lagi terjun langsung ke penyelesaian masalah kemanusiaan). Perusahaan2 lain pun mengarahkan sebagian marketingnya dari 2.0 ke 3.0.
Perlu dibedakan antara Aksi langsung Grameen Bank dan BRI dengan
1. Upaya-upaya Public Relation (PR) yang berusaha menampilkan citra baik perusahaan (untuk menutupi kebusukan) misalnya dengan kegiatan menyumbang.
2. Upaya-upaya Company Social Responsibility (CSR) yang berusaha mengurangi dampak ke masyarakat sekitar (pabrik misalnya).

Hermawan Kartajaya dan Kottler merumuskan sebuah model perusahaan yang disebut: Social Business Enterprise (SBE)

SBE ini dirancang bagi masyarakat lokal untuk menghadapi perusahaan global dengan kapital,SDM dan iptek yang kuat (dengan kategori killernya itu macam Wal-Mart, dan Manga impor)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar